Minggu, 07 Februari 2016

Pastika Minta Bali Harus Siap Hadapi 10 Bali Baru


GUBERNUR Bali Made Mangku Pastika mengajak masyarakat lebih bijak dalam memanfaatkan Sosial Media (Sosmed). Pengguna Sosmed diingatkan jangan jadi pengecut dengan menggunakan akun palsu untuk menyampaikan pendapat, khususnya dalam mengkritisi seseorang atau sebuah kebijakan. Penegasan itu disampaikan Pastika dalam orasinya pada Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) di Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Renon, Minggu (7/2).
Lebih lanjut dia berbicara, Sosmed sebagai dampak perkembangan teknologi informasi banyak membawa pengaruh bagi kehidupan masyarakat. Terlepas dari banyak menfaat positifnya, media ini kerap dimanfaatkan pihak yang sukanya hanya ngomel di belakang dan tidak berani menunjukkan jati diri. “Paling gampang di Sosmed membuat akun dengan identitas palsu lalu ngomel dan marah-marah,” ujarnya. Bukan berarti, ujar Pastika, dirinya alergi terhadap kritik yang banyak disampaikan melalui Sosmed. “Saya tak alergi kritik. Tapi caranya jangan sembunyi-sembunyi dengan akun abal-abal seperti itu,” imbuhnya. Kalau memang berani dan benar-benar ingin menyampaikan aspirasi, Pastika menyarankan agar memanfaatkan PB3AS.
Masih terkait kemajuan teknologi, dia juga menyinggung keberadaan transportasi berbasis online yang mulai merambah Bali. Pada prinsipnya, kata Pastika, pemerintah daerah tetap akan melindungi kepentingan pelaku usaha lokal. Namun dia juga mengingatkan bahwa pesatnya kemajuan teknologi informasi tak bisa dibendung. Oleh karena itu, pelaku usaha transportasi di Bali diharapkan mengikuti perkembangan tersebut. “Kalau mereka menggunakan media online, kita juga harus pakai,” ucapnya.  Belum lagi, imbuh Pastika, pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang memungkinkan tenaga asing bekerja di Bali. “Tak menutup kemungkinan, sebentar lagi sopir dari Filipina akan masuk Bali dengan penampilan mereka lebih menarik dan Bahasa Inggris lebih bagus. Apa kita akan diam saja dengan  kondisi yang ada saat ini,” imbuhnya dengan nada tanya. Selain tantangan dari luar, Bali juga akan menghadapi ketatnya persaingan dengan destinasi pariwisata dalam negeri. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang akan mengenjot pembangunan sektor kepariwisataan di 10 destinasi yang tersebar di sejumlah daerah. Atau yang kemudian dikenal sebagai 10 Bali Baru. Dengan gelontoran dana masing-masing sebesar Rp. 20 trilyun, 10 kawasan itu disiapkan menjadi Bali ke-2 dan menjadi magnet pariwisata nasional. Sejumlah kawasan yang sudah mulai dikembangkan antara lain Danau Toba, Borobudur, Banyuwangi, Mandalika Lombok, Labuan Bajo dan Raja Ampat. “Mengingat ketatnya persaingan yang dihadapi, mari kita sikapi. Tak ada pilihan selain meningkatkan kualitas diri. Jadi lebih cerdas, berani, jujur, bersih dan bertanggung jawab,” tandasnya.

-  10 Bali Baru, Umpan Senayan untuk Teluk Benoa
-  Pastika Selektif Tetapkan Kelompok Penerima Gerbangsadu


Dalam kesempatan itu, Pastika juga menyinggung perayaan hari raya Imlek yang disusul dengan Galungan dan Kuningan. Dalam Bahasa Mandarin yang fasih, dia menyampaikan selamat hari raya Imlek bagi Warga Tionghoa yang merayakan pergantian tahun. Khusus bagi Umat Hindu, Pastika mengajak umat sedharma lebih memaknai Galungan sebagai perayaan kemenangan dharma atas adharma. Menurutnya, perang dharma melawan adharma ada dalam diri tiap individu. “Jadi mari kita renungkan, apakah kita merasa sudah memenangkan dharma atas adharma?. Kalau sudah, berarti kita pantas merayakan Galungan,” pungkasnya.
Selain diisi orasi dari Gubernur Pastika, PB3AS juga dimanfaatkan sejumlah anggota masyarakat untuk menyampaikan aspirasi. Ketut Wenten Ariawan mengutarakan pendapat tentang pro kontra terkait rencana Revitalisasi Teluk Benoa. Dia berharap, pihak yang pro maupun yang kontra tetap mengedepankan etika dalam menyampaikan pendapat. “Jangan ngomong pokoknya menolak atau pokoknya mendukung, sampaikan dengan argumen yang masuk akal,” imbuhnya. Sependapat dengan Gubernur Pastika, dia pun mengingatkan besarnya tantangan yang akan dihadapi Bali sejalan dengan pemberlakuan MEA dan pesatnya kemajuan pariwisata di daerah tetangga. Selain itu, Wenten juga menyinggung mandegnya rencana Pengembangan RS Mata Bali Mandara. Dia mendesak Gubernur untuk mengambil langkah diskresi demi kepentingan masyarakat.
Berikutnya tampil Nengah Wirayasa, pelaku angkutan sewa yang sudah menggunakan aplikasi online. Dalam orasinya, dia mengajak rekan-rekannya yang bergerak di bidang transportasi pariwisata untuk memanfaatkan media online. Menjadi sopir taksi sejak tahun 1991, Wirayasa mengaku sudah kenyang dengan pengalaman di jalanan. Menurutnya, pemanfaatan media online sangat memudahkan pekerjaannya sebagai penyedia layanan angkutan sewa. “Sudah tak jamannya lagi sistem kapling lahan dan para sopir harus menunggu berjam-jam di jalanan. Dengan sistem online, kita bisa menunggu di rumah dan bekerja lebih nyaman. Tak harus makan angin dan debu,” ujar Wirayasa yang telah tergabung di bawah bendera perusahan transportasi berbasis online resmi ini. Sementara itu, Nyoman Suadra dari Institut Karatedo Nasional (INKANAS) Bali memanfaatkan PB3AS untuk mensosialisasikan olah raga karate. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar